Thursday, June 19, 2008

KH. Athian Ali: Saya Akan Sangat Menghormati Kebebasan Manusia untuk Sesat

Tanjungsari – Forum Ulama Ummat Islam (FUUI) Tanjungsari mengadakan acara Tablig Akbar bertempat di masjid agung Tanjungsari Sumedang, yang menghadirkan K.H. Athian Ali M. Da`i sebagai pembicara.

Acara yang berlangsung dari pukul 13:00 s/d 14:45 pada hari Rabu, 18 Juni kemarin tersebut, dihadiri Majelis Ulama Indonesia (MUI) Tanjungsari, Camat Tanjungsari, serta ummat Islam yang berasal dari berbagai kelompok dan latar belakang. Acara tersebut juga tidak hanya dihadiri warga dari Kecamatan Tanjungsari saja, tetapi juga dari Bandung dan sekitarnya.

Secara umum, menurut panitia pelaksana acara, tablig akbar tarsebut diarahkan sebagai wahana silaturrahmi ummat, khususnya masyarakat sekitar Tanjungsari. Selain diisi dengan tausyiah alim ulama, juga ada acara pemberian bantuan bagi keluarga pra-sejahtera, ditengah badai krisis yang melanda negeri ini akibat kenaikan harga BBM.

Dalam tausyiahnya, K.H. Athian Ali M. Da`i yang juga sebagai Ketua Umum Forum Ulama Ummat Islam (FUUI), mengungkapkan tentang perlunya menjaga kesatuan dan persatuan ummat, bukan sebagai kelompok atau faham, tapi sebagai jama`ah ummat Islam.

Ummat Islam terbagi kedalam berbagai madzhab pemikiran, baik itu dari sisi ijtihad fiqh, kalam dan lain-lain. Keadaan ini, menurut K.H. Athian Ali, sangat rentan perpecahan, kalau tidak ada kesadaran dari ummat itu sendiri untuk menjaga kesatuan.

Selain sangat rentan perpecahan dari dalam, juga sangat rentan dimanfaatkan oleh fihak-fihak yang tidak bertanggung jawab. Banyak indikasi yang menunjukkan hal tersebut. Atas nama kebebasan berfikir dan hak asasi manusia, mereka membuat kelompok atau aliran yang berbaju Islam, tapi sesungguhnya sangat jauh dari ajaran Islam yang sesungguhnya.

Terlepas dari motif apapun, baik itu politik, ekonomi dsb. Semua kelompok sesat tersebut, sudah mencemari agama Islam. Menurut K.H. Athian Ali, beliau akan sangat menghormati kebebasan manusia untuk sesat, selama itu tidak bersangkut paut dengan Islam.

Fenomena Ahmadiyah, masih menurut K.H. Athian Ali, perlu ditanggapi dengan serius. Bukan masalah tidak menghormati hak-hak mereka untuk berfikir dan berkelompok, seperti yang didengungkan media-media massa, tapi ini masalah ajaran dan Islam yang disalah gunakan. Jadi wajar kalau ada reaksi keras dari ummat Islam atas Ahmadiyah ketika tidak ada tindakan tegas dari pemerintah, karena Ahmadiyah memakai Islam sebagai tameng kelompoknya.

Ahmadiyah dari sisi ajarannya berbeda dengan Islam, nabi mereka Mirza Ghulam Ahmad, bukan Nabi Muhammad sebagai Nabi Ummat Islam, kitab suci mereka Tadzkirah, bukan kitab suci al-Qur`an sebagai kitab suci ummat Islam.

Tuntutan untuk membubarkan Ahmadiyah dari ummat Islam sangat wajar, karena Ahmadiyah yang mengaku bagian dari Islam, berbeda pegangan dan Nabi-nya dengan Islam. Akan sangat dihormati kebebasan mereka berkeyakinan untuk sesat, jika saja mereka tidak mengaku bagian dari apapun yang berbeda dengan mereka, bagaimana mungkin sesuatu yang berbeda bisa disebut satu? Terkecuali Ahmadiyah berdiri sendiri sebagai agama yang berbeda dan tidak tersangkut paut dengan Islam.

Acara tersebut kemudian diakhiri dengan pemberian sumbangan pendidikan bagi beberapa sekolah di Tanjungsari berupa bantuan untuk pembangunan sarana dan prasarana, dan juga bantuan untuk keluarga-keluarga pra-sejahtera di lingkungan Tanjungsari.

2 comments:

doncray said...

tuntuta mayoritas ummat Islam sudah jelas BUBARKA JAI!!!
kalo negeri ini negeri demokrasi,harusnya tuntutan mayoritas menjadi kebijakan negara!!

Anonymous said...

emang klo negara demokrasi2an mah susah juga,, meski tuntutan mayoritas udh jelas, tetep aja yg diturut mah titah AS dan antek2 islibnya >_<