Saturday, August 16, 2008

Terungkapnya Misteri Tahanan No. 650




Muslimah Pakistan itu "diculik" FBI 4 tahun lalu bersama anak-anaknya. ‘Tahanan No. 650’ di Bagram ini dikabarkan mengalami perkosaan dan siksaan. Sungguh mengejutkan. Setelah pers “meributkan” nasib ‘Tahanan No. 650’, yang merupakan satu-satunya tahanan wanita Pakistan yang mengalami penyiksaan dan perkosaan di penjara AS di Bagram, Amerika, hari Selasa (5/8/2008), tiba-tiba menyatakan bahwa Dr. Afia Sidiqui hendak diadili di New York. Padahal sudah hampir lima tahun ia "diculik" dan tidak diketahui rimbanya.

Jaksa AS untuk Distrik Selatan New York, Michael Garcia mengatakan, Afia Sidiqui ditangkap bulan lalu di Afghanistan. Menurut pengakuan Amerika, saat ditangkap, katanya, wanita yang pernah tinggal di AS itu kedapatan membawa dokumen-dokumen mengenai bagaimana membuat bahan peledak dan deskripsi berbagai gedung AS termasuk di New York City.

Sekali lagi menurut pengakuan AS, ketika perwira militer AS tiba di tempat tahanan Siddiqui untuk menjemputnya, wanita itu sempat melepaskan tembakan dari senapan yang tergeletak di lantai. Katanya, Siddiqui dua kali menembak namun tidak mengenai siapapun. Dia kemudian terkena tembakan di dada oleh seorang perwira AS. Siddiqui kemudian diekstradisi ke AS.

Jika benar bahwa Afia ditangkap di Afghanistan satu bulan yang lalu. Lantas, siapakah yang telah menculiknya tahun 2003? Benarkah bahwa ia tertangkap satu bulan yang lalu? Berikut rekaman media massa mengenai “alur” perjalanan Muslimah pertama menjadi buron FBI ini.

Awalnya, media massa telah melansir bahwa Dr. Afia Siddiqui telah ditangkap bersama 3 anak-anaknya, oleh intelijen Pakistan pada awal tahun 2003. Dan sejak saat itu nasib wanita beserta ketiga anaknya ini tidak diketahui.

Di saat yang sama Amerika dan intelijen Pakistan menuduh bahwa Muslimah ini memiliki hubungan dengan Al-Qaidah. Akan tetapi Amerika dan pihak intelejen Pakistan menyanggah bahwa mereka telah menangkap Afia. Foto Afia, hingga kini masih terpampang di situs FBI, yang berstatus sebagai buronan.

Peristiwa penculikan Afia sendiri dilakukan ketika ia bersama ketiga anaknya sedang naik metro untuk mengambil penerbangan ke Rawalpindi, Punjab pada 30 Maret 2003.

Panculikan itu dilakukan ketika ia berjalan menuju airport. Media massa mengklaim bahwa penculikan itu dilakukan oleh intelejen Pakistan, kemudian diserahkan kepada pihak FBI. Saat itu Afia berumur 30 tahun, anaknya yang tertua berumur 4 tahun dan yang terakhir adalah bayi yang masih berusia satu bulan.

Beberapa hari setelah itu channel berita Amerika NBC melaporkan bahwa Afia telah ditangkap di Pakistan atas tuduhan telah menjadi penghubung untuk mentransfer uang kepada Al-Qaidah. Ibunya, Ismat (yang kini telah wafat) menyanggah tuduhan itu.

Pada 1 April 2003, sebuah media massa berbahasa Urdu menyebutkan bahwa Menteri Dalam Negeri Pakistan Faisal Saleh Hayat membantah, ketika ditanya apakah Dr. Afia telah ditangkap?. Ia mengatakan, ”Dr. Afia memiliki hubungan dengan Al-Qaidah dan ia belum ditangkap.” Tapi hingga sampai saat itu pun, nasib Dr. Afia tidak diketahui.

Tidak berselang lama muncullah laporan-laporan media tentang wanita ‘Tahanan No. 650’, yang berada di tahanan Amerika di pangkalan Bagram Afghanistan, yang dikabarkan mendapatkan perlakuan tidak manusiawi dan telah kehilangan kesadarannya.

Pejabat Majelis Tinggi Inggris (The House of Lord) mendapatkan informasi mengenai kedaan tahanan itu. Ia menerangkan bahwa kondisi kejiwaan wanita itu terganggu karena terus menerus menjadi korban perkosaan petugas penjara dan kedaan sel yang dihuni ‘Tahanan No. 650’ ini tidak memiliki toilet dan kamar mandi tertutup, sehingga tahanan lain bisa bebas melihatnya ketika, ia sedang mandi.

Pada 6 Juli 2008, seorang jurnalis Inggris, Yvonne Ridley, menggelar jumpa pers dan meminta berbagai pihak perduli dengan nasib tahanan wanita Pakistan ini, yang menurut keyakinannya, wanita itu sedang berada dalam ruang isolasi tahanan Amerika di Bagram selama empat tahun.

Jurnalis yang menjadi Muslim setelah ditawan Taliban ini mengatakan, ”Saya menyebutnya sebagai “perempuan abu-abu”, karena bentuknya sudah mirip hantu, terkadang ia menjerit dan menangis terus-menerus.”

Ridley mengetahui hal ini setelah ia membaca sebuah buku The Enemy Combatant yang ditulis oleh mantan penghuni penjara Guantanamo, Muazzam Begg. Sesudah ditangkap pada Februari 2002 di Islamabad, Begg ditahan di pusat penahanan Kandahar dan Bagram selama sekitar setahun, sebelum dia dipindahkan ke Guantanamo. Dia menceritakan pengalamannya di dalam buku yang terbit pada tahun 2005, yang di dalamnya menyinggung tentang ‘Tahanan No. 650’.

“Saya ingat Muazzam yang mengatakan kepada saya tentang teriakan wanita yang dulu dia membayangkan bahwa bisa jadi wanita itu istrinya. Dan saya pernah berfikir bahwa teriakan itu keluar dari tape recorder, yang dijadikan sebagai salah satu bentuk penyiksaan secara psikis.” Ungkap Ridley dihadapan lebih dari 100 wartawan

“Walau bagaimanapun, kami sekarang tahu, pekikan itu datang dari seorang wanita yang sudah dipenjara di Bagram selama beberapa tahun. Kami juga bisa mengungkapkan dari sumber valid bahwa ia adalah ‘Tahanan 650’, ”Jelas Ridley.

“Tahanan 650’ adalah ujung gunung es pelanggaran hak asasi, penahanan secara ilegal yang sangat buruk. Adalah episode memalukan di sejarah Pakistan yang harus diluruskan,” Tambah Ridley.

Seakan-akan menyindir Pakistan, “Adalah hal yang cukup aneh, bagaimana kita menyerahkan saudara perempuan kita kepada non-Muslim laki-laki yang sejarahnya penuh perkosaan dan perlakuan sewenang-wenang kepada tahanan,” kata Ridley dikutip sebuah koran Pakistan. Atas data-data yang ia miliki, Ridley berkesimpulan bahwa ‘Tahanan No. 650’ adalah Dr. Afia Sidiqui.

Mr. Imran Khan, Pemimpin Partai Keadilan (T.I) juga mencurigai bahwa ‘Tahanan 650’ itu adalah Dr. Afia Siddiqui. Dan ia menuduh bahwa AS dan Pakistan sedang menyembunyikan fakta 'Tawanan 650' itu.

Dugaan-dugaan bahwa ‘Tahanan No. 650’ adalah Dr. Afia Sidiqui tidak lama berlangsung, karena lewat pengacaranya, Afia menyatakan bahwa ia memang pernah disekap di Bagram dan mendapat perlakukan yang amat mengerikan. Ini dituturkan oleh pengacaranya Elaine Whitfield Sharp, sesuai yang dilansir Cageprisoners (8/8/2008), sebuah LSM London yang konsetrasi memberikan bantuan terhadap Muslim yang terlibat dalam kasus terorisme. (arrahmah.com)

No comments: