Wednesday, February 22, 2006

Celoteh

Celoteh 1
Dalam sebuah jamuan makan malam yang digelar di Gedung Putih, George W. Bush yang sudah terlalu banyak minum anggur bercerita bahwa ia akan menjadikan Amerika sebagai negara yang paling menghargai HAM. Ia juga tidak akan membiarkan berkembangnya rasisme, dan akan menindak tegas negara manapun yang melanggar HAM.
Gate, seorang senator yang ikut hadir dalam perjamuan itu, berbisik pada senator lain yang duduk di sebelahnya. ‘Fred, menurutmu, apakah si Bush sudah mulai mabuk atau belum?’
‘Memangnya kenapa?’
‘Banyak yang bilang, kita bisa melihat karakter asli seseorang kalau ia sedang mabuk. Orang mabuk seringkali berkata jujur tentang dirinya.’
‘Maksudmu, si Bush itu benar-benar seorang pembela HAM dan tidak menyukai rasisme?’
‘Bukan begitu, Fred. Coba kau tanyai dia!’
‘Tentang apa?’
‘Terserah, apa saja.’
Fred pun mengacungkan tangan meminta perhatian Bush.
‘Anda mau bicara apa, Fred?’
‘Saya ingin tahu pendapat anda tentang lokalisasi warga Indian di negara kita. Bagaimana tindakan anda dalam hal ini?’
Bush langsung membelalakkan mata. Ia bangkit berdiri sambil menggebrak meja sehingga gelas anggur di hadapannya terguncang dan tertumpah. Ia menatap Fred sambil megnacungkan telunjuknya, ‘Fred sialan! Ini acara pesta. Ini adalah saat kita bersenang-senang. Jangan bicara soal Indian! Aku tak suka orang Indian. Mereka hanya membuat negara ini sempit! Aku benci mereka. Kau tahu, kulit mereka, juga mata dan rambut mereka, semuanya menjijikkan!’
Fred menoleh kepada Gate. Tapi sebelum Fred bicara, Gate sudah mendahuluinya. Ia berbisi, ‘well, rupanya ia sudah mabuk berat.’

Celoteh 2
Di suatu petang, tiga serdadu anggota korps gabungan yang ditugaskan di Iraq sedang duduk-duduk sambil berbicang. Masing-masing adalah tentara Inggris, Amerika, dan Australia. Mereka tampak sangat kelelahan setelah sehari sebelumnya terlibat dalam pertempuran sengit di pinggiran kota Fallujah.
Tentara Amerika, yang merasa paling gagah, berujar, ‘siang tadi aku berhasil menembak jatuh lima helikopter Iraq.’
Tentara Australia segera sadar bahwa rekan sekutunya itu mulai membangga-banggakan diri. Ia pun beranjak meninggalkan kedua rekannya dengan alasan ingin buang air besar. Tinggal tentara Inggris yang masih setia menyimak celotehan serdadu Paman Sam itu. ‘Kamu tahu, dia sebenarnya bukan mau buang air besar. Tapi dia iri karena tidak lihai berperang seperti aku. Makanya dia pergi dan tak mau mendengar ceritaku,’ kata si Amerika sambil menunjuk tentara Australia yang baru saja pergi. ‘Aku juga menembak mati sebelas tentara Iraq yang sedang berpatroli di perbatasan Fallujah. Kau tahu, di antara mereka…’
‘Cukup, cukup! Tak usah kau teruskan.’ Tentara Union Jack memotong ucapan rekannya. Rupanya ia sudah tak tahan mendengar ocehan si Amerika.
‘Kenapa? Aku belum selesai bicara. Kau kira aku bohong?’
‘Bukan begitu, kawan. Ada berita penting yang ingin kusampaikan. Dan ini lebih penting daripada ceritamu,’ sahut serdadu Inggris. Dengan sinar mata tajam, ia menatap wajah si Amerika.
‘Memangnya kau punya berita apa?’ Serdadu Amerika itu bertanya dengan mimik arogan.
Kau tahu, seusai baku-tembak dengan pasukan Iraq siang tadi, komandanku bilang bahwa kesatuan Inggris telah kehilangan lima helikopter dan sebelas prajurit!’

No comments: