Thursday, May 29, 2008

LIMA TUNTUTAN UMAT

LIMA TUNTUTAN UMAT (L U M A T)



FORUM UMAT ISLAM
Sekretariat: Gedung Menara Dakwah Lantai 3, Jl. Kramat Raya No. 45 Jakarta
Telp. 021-8305848, 3909059, Fax. 021-8305848, 3103693
بسم الله الرحمن الرحيم

LIMA TUNTUTAN UMAT (L U M A T)

Pemerintah SBY-JK telah terbukti berkali-kali berbohong. Dalam soal kenaikan harga BBM, Pemerintah berbohong dengan menyatakan bahwa pencabutan subsidi BBM harus dilakukan, karena menurut keterangan pemerintah subsidi BBM sebesar Rp. 120,8 Trilliyun (dalam APBNP 2008) tersebut, 40%nya (sebesar Rp. 48,3 Triliyun) dinikmati oleh orang kaya. Padahal, 60% (Rp. 72,5 Triliyun) subsidi untuk orang miskin, sehingga pencabutan subsidi BBM berarti pencabutan hak orang miskin.

Sementara itu Pemerintah tetap mensubsidi para konglomerat berupa bunga rekap sekitar Rp. 40 Trilliyun per tahun dan tetap membayar riba hutang luar negeri kepada kapitalis barat penghisap darah rakyat sekitar Rp. 50 Trilliyun. Jadi total uang yang dialokasikan oleh Pemerintah yang digunakan sepenuhnya untuk para konglomerat dan asing adalah sekitar Rp. 90 Trilliyun.

Oleh karena itu, maka kami ormas-ormas Islam dan tokoh-tokoh serta ulama yang tergabung dalam FORUM UMAT ISLAM (FUI) MENDESAK DAN MENUNTUT KEPADA PEMERINTAH UNTUK :

  1. MEMBATALKAN RENCANA KENAIKAN HARGA BBM

  2. MENURUNKAN HARGA SEMBAKO

  3. MENASIONALISASI ASSET-ASSET NEGARA YANG DIKUASAI ASING

Pemerintahan SBY-JK juga telah berbohong pada tokoh dan ulama serta umat Islam di Indonesia. Dalam pernyataannya pada saat membuka Rakernas MUI tahun lalu di depan para pengurus MUI, Presiden telah berjanji bahwa Pemerintah akan mengikuti nasehat dan pendapat para ulama dalam hal-hal yang berkaitan dengan kebijakan soal agama. Pada kenyataannya hingga saat ini Presiden tidak terlihat tanda- tandanya akan mengeluarkan KEPPRES tentang PEMBUBARAN AHMADIYAH meskipun MUI-FUI dan ormas-ormas Islam telah meminta dengan tegas agar Ahmadiyah dibubarkan.

Begitu juga dalam soal Laboratorium NAMRU-2 milik Angkatan Laut Amerika Serikat, Pemerintah melalui Mensesneg Hatta Rajasa menyatakan bahwa Dino Pati Jalal bukanlah agen Asing. Padahal dalam kenyataannya Dino Pati Jalal telah melakukan penekanan dan intimidasi terhadap para pejabat di berbagai departemen yang terkait kerja sama dengan pihak Amerika Serikat dan meminta kepada para pejabat tersebut jangan sampai mengganggu keberadaan NAMRU-2 milik angkatan Laut Amerika Serikat. Padahal jelas-jelas NAMRU-2 sangat merugikan Indonesia dan telah mengambil berbagai data dan informasi milik Indonesia.

Oleh karena itu, kami juga menuntut pemerintah agar:

  1. MEMBUBARKAN AHMADIYAH DAN MENYATAKAN AHMADIYAH SEBAGAI ORGANISASI TERLARANG DI INDONESIA

  2. MENGUSIR NAMRU-2 DARI BUMI INDONESIA, MENGUSIR TENTARA AS YANG BEKERJA DI NAMRU-2 DAN MEMBERSIHKAN KABINET DARI ANTEK AS.

Apabila Pemerintah tidak memenuhi LIMA TUNTUTAN UMMAT (LUMAT) di atas maka FUI menyerukan kepada masyarakat untuk: MELAKUKAN PEMBANGKANGAN SIPIL KEPADA PEMERINTAH DENGAN CARA MELAKUKAN MOGOK MASSAL NASIONAL.

Demikian seruan dan tuntutan kami, semoga Allah SWT mengabulkan.

Jakarta, 23 Mei 2008 M

ATAS NAMA UMAT ISLAM INDONESIA
FORUM UMAT ISLAM


Ketua_________________________Sekretaris Jenderal


H. Mashadi____________________K.H. M. Al Khaththath


FORUM UMAT ISLAM :
Perguruan As Syafi’iyyah, Komite Indonesia untuk Solidaritas Dunia Islam (KISDI), Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII), Badan Kerjasama Pondok Pesantren Indonesia (BKSPPI), Nahdlatul Ulama (NU), Muhamadiyyah, Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), Syarikat Islam (SI), Dewan Masjid Indonesia (DMI), PERSIS, BKPRMI, Al Irsyad Al Islamiyyah, Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI), Badan Kontak Majlis Taklim (BKMT), YPI Al Azhar, Front Pembela Islam (FPI), Front Perjuangan Islam Solo (FPIS), Majelis Tafsir Al Quran (MTA), Majelis Mujahidin Indonesia (MMI), Majelis Adz Zikra, MER-C, PP Daarut Tauhid, Forum Betawi Rempug (FBR), Tim Pembela Muslim (TPM), Muslimah Peduli Umat (MPU), Gerakan Persaudaraan Muslim Indonesia (GPMI), Korps Ulama Betawi, Forum Tokoh Peduli Syariah (FORTOPS), Taruna Muslim, Al Ittihadiyah, Hidayatullah, Al Washliyyah, KAHMI, PERTI, IKADI, Ittihad Mubalighin, Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI), Koalisi Anti Utang, PPMI, PUI, JATMI, PII, BMOIWI, Wanita Islam, Missi Islam, Gema Pembebasan, Forum Silaturahim Antarpengajian (FORSAP), Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Partai Bulan Bintang (PBB), Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai Bintang Reformasi (PBR), Partai Nahdlatul Umat Indonesia (PNUI) dan organisasi-organisasi Islam lainnya.



Hak cipta dilindungi oleh Allohu Subhanahu wa Ta'ala
TIDAK DILARANG KERAS mengcopy, memperbanyak, mengedarkan
untuk kemaslahatan ummat syukur Alhamdulillah sumber dari swaramuslim dicantumkan

Monday, May 19, 2008

Arti dan Fungsi Tauhid

Oleh: M. Amien Rais

Kedudukan tauhid dalam ajaran Islam adalah paling sentral dan paling esensial. Secara etimologis, tauhid berarti meng-esa-kan, yaitu meng-esa-kan Allah. Formulasi paling pendek dari tauhid itu ialah kalimat thayyibah: la ilaha illa Allah, yang artinya tidak ada Tuhan selain Allah.

Dengan mengatakan “tidak ada Tuhan selain Allah”, seorang manusia-tauhid memutlakkan Allah Yang Maha Esa sebagai Khaliq atau Maha Pencipta, dan menisbikan selain-Nya sebagai makhluk atau ciptaan-Nya. Karena itu, hubungan manusia dengan Allah tak setara dibandingkan hubungannya dengan sesama makhluk. Tauhid berarti komitmen manusia kepada Allah sebagai fokus dari seluruh rasa hormat, rasa syukur, dan sebagai satu-satunya Sumber-nilai. Apa yang dikehendaki oleh Allah akan menjadi nilai (value) bagi manusia-tauhid, dan ia tidak akan menerima otoritas dan petunjuk Allah. Komitmennya kepada Tuhan adalah utuh, total, positif dan kukuh, mencakup cinta dan pengabdian, ketaatan dan kepasrahan (kepada Tuhan), serta kemauan keras untuk menjalankan kehendak-Nya.

Pembebasan Manusia

La ilaha illa Allah meniadakan otoritas dan petunjuk yang datang tidak dari Tuhan. Jadi, sesungguhnya kalimat thayyibah merupakan kalimat pembebasan bagi manusia. Seorang manusia-tauhid mengemban tugas untuk melaksanakan tahrirun nas min ‘ibadatil ‘ibad ila ‘ibadatilllah (membebaskan manusia dari menyembah sesama manusia kepada menyembah Allah semata). Dengan tauhid, manusia tidak saja akan bebas dan merdeka, melainkan juga akan sadar bahwa kedudukannya sama dengan manusia lain manapun. Tidak ada manusia yang lebih superior (unggul, tinggi, agung, mulia, dsb.) atau inferior (hina, rendah, dsb.) terhadap manusia lainnya. Jika tidak ada manusia yang lebih tinggi atau lebih rendah daripada manusia lainnya di hadapan Allah, maka juga tidak ada kolektivitas manusia, baik sebagai suatu suku ataupun suatu bangsa, yang lebih tinggi atau lebih rendah daripada suku atau bangsa lainnya. Semuanya berkedudukan sama di hadapan Allah. Yang membedakan satu dengan lainnya adalah tingkat ketakwaan kepada Allah Swt (al-Hujurat: 13).

Sekali seorang manusia atau bangsa merasa dirinya lebih inferior dibanding manusia atau bangsa lainnya, maka ia akan kehilangan kebebasan dan jatuh ke dalam perbudakan mental. Seorang yang mengakui superioritas sekelompok manusia tertentu – entah berdasarkan kekuasaan, warna kulit, ataupun atas dasar apa saja – berarti dengan sendirinya ia akan kehilangan kebebasan dan sekaligus meremehkan makna tauhid. Demikian juga dalam masalah-masalah keagamaan, Islam tidak mengakui setiap lembaga yang menyerupai lembaga kependetaan (priesthood, rabbihood), karena Tuhan tidak pernah mempercayakan suatu perwalian untuk mewakili-Nya di muka bumi ini. “La rahbaniyyata fil Islam” (tidak ada sistem kependetaan dalam Islam), demikian Nabi Muhammad saw berkata. Dengan perkataan lain, sekali seorang manusia lebih rendah atau lebih tinggi daripada manusia lainnya, ia jatuh ke dalam syirk – lawan tauhid.

Al-Quran mendorong manusia untuk selalu mencari kebenaran, dan mendorong manusia agar senantiasa menanyakan kebenaran yang sudah diterima dari nenek-moyangnya (al-Baqarah: 170); selalu terbuka kepada koreksi atas keyakinan yang keliru (az-Zukhruf: 22-24); dan senantiasa menguji apa yang sudah dianggap sebagai suatu kebenaran (Al-A’raf: 28-29). Banyak manusia yang cenderung mengikuti tradisi dan keyakinan nenek-moyangnya. Selain itu, mereka juga cenderung untuk mengikuti langkah para pemimpin tanpa menggunakan akal-sehat mereka. Tidak mengherankan kalau para penguasa atau para pemimpin sering memiliki otoritas yang tak bisa ditantang (unchallenged authority), oleh karena banyak manusia yang menyerah dan tunduk kepada mereka, tanpa daya-pikir kritis serta keberanian untuk mengkritik. Padahal para penguasa atau para pemimpin umumnya memiliki kepentingan tertentu (vested interest) untuk membela status quo, dan mengelabui para pengikutnya. Al-Quran mengingatkan bahwa orang-orang yang tidak bersikap kritis terhadap para pemimpin mereka, akan kecewa di Hari Akhir, dan mengeluh: “…Ya Tuhan kami, kami telah taat kepada para pemimpin dan orang-orang besar kami, lalu mereka sesatkan kami dari jalan-Mu yang lurus.” (al-Ahzab: 67)

Di samping membebaskan manusia dari perbudakan mental dan penyembahan sesama makhluk, kalimat thayyibah juga mengajarkan emansipasi manusia dari nilai-nilai palsu yang bersumber pada hawa-nafsu, gila kekuasaan, dan kesenangan-kesenangan sensual belaka. Suatu kehidupan yang didedikasikan pada kelezatan sensual, kekuasaan, dan penumpukan kekayaan, pasti akan mengeruhkan akal sehat dan mendistorsi pikiran-jernih. Dengan tajam al-Quran menyindir orang-orang semacam ini: “tidakkah engkau lihat orang yang menjadikan hawa-nafsunya sebagai tuhan? Apakah engkau merasa bisa menjadi pemelihara atasnya? Apakah engkau sangka kebanyakan mereka mendengar atau menggunakan akalnya? Mereka itu tidak lain seperti binatang ternak, bahkan lebih sesat.” (al-Furqan: 43-44)

Komitmen Manusia Tauhid

Sementara itu kita melihat sebagian masyarakat penganut Islam masih belum memahami arti tauhid, sehingga mereka sesungguhnya masih belum merdeka dan belum menyadari status manusiawinya. Di sinilah sebenarnya letak kemandekan kebanyakan masyarakat muslim dewasa ini. Kita bisa mengatakan bahwa keterbelakangan ekonomi, stagnasi intelektual, degenerasi sosial, dan pelbagai macam kejumudan lainnya yang diderita oleh masyarakat muslim, sesungguhnya berakar pada kemorosotan tauhid. Oleh karena itu, untuk melakukan restorasi dan rekonstruksi manusia-muslim, baik secara individual maupun kolektif, tauhid adalah masalah pertama dan terpenting untuk segera dipersegar dan diluruskan. Dengan demikian, jelas bahwa anjuran sekularisasi, misalnya untuk memperbarui pemahaman Islam, adalah suatu ajakan yang tidak mempunyai dasar di dalam Islam, dan akan membuat kemerosotan umat menjadi lebih parah.

Suatu hal yang tidak boleh kita lupakan ialah bahwa komitmen manusia-tauhid tidak saja terbatas pada hubungan vertikalnya dengan Tuhan, melainkan juga mencakup hubungan horizontal dengan sesama manusia dan seluruh makhluk; dan hubungan-hubungan ini harus sesuai dengan kehendak Allah. Kehendak Allah ini memberi visi kepada manusia-tauhid untuk membentuk suatu masyarakat yang mengejar nilai-nilai utama dan mengusahakan tegaknya keadilan sosial. Pada gilirannya, visi ini memberikan inspirasi pada manusia tauhid untuk mengubah dunia di sekelilingnya agar sesuai dengan kehendak Allah, dan inilah misi manusia-tauhid atau manusia-muslim. Misi ini menuntut serangkaian tindakan agar kehendak Allah menjadi kenyataan, dan misi ini merupakan bagian integral dari komitmen manusia-tauhid kepada Allah. Misi untuk mengubah dunia, menegakkan kebenaran dan keadilan, merealisasikan pelbagai nilai utama, dan memberantas kerusakan di muka bumi (fasad fil ardh), bukanlah sekedar derivative, melainkan merupakan bagian integral komitmen manusia-tauhid kepada Allah. Gabungan dari manusia-manusia tauhid inilah yang kemudian membentuk suatu ummah. Dengan menegakkan kebenaran dan keadilan (amar ma’ruf) dan memberantas kejahatan (nahi munkar) sebagai dua ciri utamanya, ummat-tauhid menujukan sasaran dari gerakannya bukan pada bangsa atau kelompok masyarakat tertentu, melainkan pada seluruh kemanusiaan itu sendiri, seperti difirmankan oleh Allah: “engkau sekalian adalah ummat terbaik yang telah dilahirkan untuk seluruh manusia; engkau melakukan amar ma’ruf nahi munkar, dan engkau beriman kepada Allah.” (Ali Imran: 110)

Manusia-tauhid dan umat-tauhid berkewajiban untuk menegakkan suatu orde sosial yang adil dan etis. Al-Quran mengutuk ketimpangan ekonomi dan ketidakadilan sosial, dan menyuruh kita untuk menegakkan suatu tatanan sosial yang etis dan egalitarian. Surat-surat al-Quran yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw sewaktu beliau masih berada di Makkah, mengecam keras dua macam masalah: politeisme atau kemajemukan dewa-dewa yang simptomatis dari masyarakat yang ter[ecah belah, dan disparitas sosio-ekonomi yang bersarang pada keterpecahbelahan masyarakat. Kedua hal ini merupakan dua sisi dari satu mata uang. Al-Quran bertubi-tubi menyerang disparitas ekonomi, justeru karena masalah ini memang sangat sulit dipecahkan (al-Ma’un: 1-6 dan al-Humazah: 1-6). Al-Quran jelas tidak melarang manusia untuk mengumpulkan harta benda, akan tetapi penyalahgunaan kekayaan – yang menyebabkan manusia buta terhadap nilai-nilai luhur – dikecam keras oleh al-Quran (Ali Imran: 14; Yunus: 23; ar-Ra'd: 36; az-Zukhruf: 35; dan seterusnya).

Al-Quran memegang keadilan distributif (distributive justice), di mana sekelompok masyarakat tidak diperkenankan menjadi terlalu kaya, sementara kelompok lainnya menderita kemiskinan yang bertentangan dengan harkat kemanusiaan. “Kekayaan tidak boleh berputar hanya dalam lingkaran orang-orang kaya” (al-Hasyr: 7) merupakan suatu kebijakan ekonomi dalam ajaran Islam. Dengan demikian, menjadi tanggung jawab manusia dan ummat-tauhid untuk selalu bekerja keras dan mencari pemecahan-pemecahan yang feasible untuk melaksanakan keadilan distributif tersebut.

Namun kita tidak boleh lupa bahwa keadilan sosio-ekonomi bukanlah tujuan akhir. Keadilan sosio-ekonomi itu sendiri adalah jembatan untuk menuju suatu tujuan yang lebih tinggi, yaitu kebahagiaan akhirat. Dengan visinya, manusia dan umat-tauhid harus melihat konsekuensi-konsekuensi tindakannya, baik di dalam bidang ekonomi, politik, kebudayaan, maupun bidang kehidupan lainnya, dan mengarahkannya ke suatu tujuan yang menjadi dasar komitmennya kepada Allah. Ini semua tidak mungkin akan bisa dicapai kecuali dengan jihad dalam arti badzlul juhdi (total endeavor), ke arah total dari seluruh tenaga, daya, dana, dan pikiran untuk mewujudkan kalimatullah hiyal ‘ulya, yaitu terselenggaranya nilai-nilai yang diridhai Allah Swt (at-Taubah: 40).

____________

Diambil dari “Cakrawala Islam: Antara Cita dan Fakta”, karya Dr. M. Amien Rais, cetakan X, Penerbit Mizan, Bandung 1999)

Tuesday, May 13, 2008

Sisi Lain Liberalisme

Kita tentunya sudah sering mendengar istilah ini, terlebih dengan keberadaan Jaringan Islam Liberal yang menasbihkan dirinya sebagai kelompok muslim yang memahami dan mempraktekkan Islam secara liberal. Keberadaan kelompok ini dengan kontroversi pandangan keagamaan dan manuver propagandanya telah menuai berbagai pro dan kontra. Demikian, keberadaan liberalisme (kapitalisme) sebagai tatanan ekonomi, politik dan budaya pun telah lama menuai kritik dan perlawanan.

----- Forwarded Message ----
From: muammar km muammar_km@yahoo.com
To: akk Sent: Saturday, April 19, 2008 2:46:22 PM Subject: Kejahatan Kapitalisme dalam angka






Berikut ini catatan kecil atas praktek-praktek liberalisme (neo-liberalisme) dalam ranah pembangunan dan akibat-akibatnya terhadap pemiskinan global, tidak terkecuali di Indonesia.

Kejahatan Kapitalisme Dalam Angka

Sejak 1983 hampir tidak ada tetesan pertumbuhan ekonomi bagi rata-rata keluarga di AS, kecuali peningkatan pendapatan dan kekayaan yang menumpuk pada 20% penduduk terkaya.

*Edward Wolff, Jerome Levy, Economics Institute, **Bard** **College**, 2000*.

Tren kemiskinan semakin memburuk. Jumlah orang miskin yang hidupnya kurang dari 1 dollar sehari meningkat dari 1,197 milyar jiwa pada tahun 1987 menjadi 1,214 milyar jiwa pada tahun 1997 (20% dari penduduk dunia). Sementara 1,6 milyar jiwa (25%) penduduk dunia lainnya hidup antara 1-2 dolar perhari.

*The United Nations Human Development Report, 1999*.


Kesenjangan pendapatan antara 1/5 penduduk dunia di negara-negara kaya dengan 1/5 penduduk di negara-negara termiskin meningkat 2 kali lipat pada tahun 1960-1990 dari 30:1 menjadi 60:1. Pada 1998 meningkat menjadi 78:1.

*The United Nations Human Development Report, 1999*.


Perubahan teknologi dan liberalisasi keuangan mengakibatkan peningkatan jumlah rumah tangga tidak proposional pada tingkatan yang teramat kaya, tanpa distribusi bagi yang miskin… Dari 1988-1993, pendapatan 10% penduduk termiskin di dunia merosot lebih dari 1/4nya, sedangkan pendapatan 10% penduduk terkaya di dunia meningkat 8%.

*Robert Wade, The London School of Economics, The Economist, 2001*.


Dua puluh tahun lalu, perbandingan pendapatan rata-rata di 49 negara terkebelakang dengan pendapatan negara-negara terkaya adalah 1:87. Saat ini menjadi 1:98.

*Kevin Watkins, International Herald Tribune, 2001*.


Total kekayaan orang-orang yang mempunyai aset minimal 1 juta dolar meningkat hampir 4 kali lipat pada 1986-2000 dari 7,2 trilyun dolar menjadi 27 trilyun dolar. Meskipun terjadi kemerosotan keuangan global dan bisnis dotcom saat ini, Merril Lynch memprediksikan bahwa kekayaan mereka meningkat 8% setiap tahunnya dan diperkirakan tahun 2005 mencapai 40 trilyun dolar.

*Merril Lynch-Cap Gemini, 2001*.


Sejak 1994-1998, nilai kekayaan bersih 200 orang terkaya di dunia bertambah dari 40 milyar dolar menjadi lebih dari 1 trilyun dolar. Aset 3 orang terkaya lebih besar dari gabungan GNP 48 negara terkebelakang. Jumlah milyuder meningkat 25% dua tahun terakhir menjadio 475 orang dengan nilai kekayaan lebih besar dari 50% penduduk termiskin dunia.

*The United Nations Human Development Report, 1999*.


1/5 orang terkaya di dunia mengkonsumsi 86% semua barang dan jasa, sementara 1/5 orang termiskin di dunia hanya mengkonsumsi kurang dari 1% saja.

*The United Nations Human Development Report, 1999*.


Di seluruh dunia kira-kira 50 ribu orang meninggal setiap hari akibat kurngnya kebutuhan tempat tinggal, air yang tercemar, dan sanitasi yang tidak memadai.

*Shukor Rahman, Straits of Malaysia Times, 2001*.


*Kapitalisme Perusahaan Multinasional*

Sebanyak 200 perusahaan papan atas dunia menguasai 28% perekonomian global. 500 perusahaan papan atas dunia mengontrol 70% perdagangan dunia, dan 1.000 perusahaan papan atas dunia menggenggam 80% industri dunia.

*Robert Kaplan, The Atlantic Monthly, 1997.*


Saat ini dari 100 pelaku ekonomi terbesar di dunia, 52 di antaranya adalah perusahaan raksasa, 48 lainnya adalah negara. Mitsubishi berada pada posisi ke 22, General Motors 26, dan Ford Motor 31. Gabungan ketiga perusahaan raksasa tersebut mengalahkan kekayaan Denmark, Thailand, Turki, Afrika Selatan, Arab Saudi, Norwegia, Finlandia, Malaysia, Chili dan Selandia Baru. Gabungan penjualan 200 perusahaan raksasa dunia masih lebih besar dari 18 kali lipat pendapatan tahunan 1,2 milyar orang miskin.

*Institute for Policy Studies, Top 200: The Rise of Corporate Global Power, 2000*.


Pada tahun 1999, hasil penjualan dari 5 perusahaan raksasa (General Motors, Wal-Mart, Exxon Mobil, Ford Motor dan DaimlerChrysler) lebih besar dari GDP 182 negara.

*Institute for Policy Studies, Top 200: The Rise of Corporate Global Power, 2000*.


Di AS, perolehan pajak pendapatan dari perusahaan raksasa merosot drastis. Pada tahun 1960-an jumlahnya mencapai 25% dari keseluruhan pajak penghasilan, kini hanya 9% saja.

*Reuven Avi-Yonah, The American Prospect, 2000*.


41 perusahaan raksasa AS bukan hanya tidak membayar pajak federal saja, tetapi sebaliknya mereka secara terang-terangan menerima pengembalian uang dari pemerintah federal antara tahun 1996-1998.

*Institute on Taxation and Economic Policy, 2000*.


20 tahun lalu, 20 perusahaan farmasi papan atas dunia memegang 5% perdagangan obat-obatan dunia dengan resep. Dewasa ini, 10 perusahaan farmasi papan atas dunia menguasai 40% pasar. 20 tahun lalu, 65 perusahaan bahan kimia untuk pertanian bersaing di pasar dunia, dewasa ini tinggal 9 perusahaan saja dengan menguasai 90%pangsa pasar pestisida.

*RAFI (Rural Advancement Foundation International) , The ETC Century, 2001*.


*Kelaparan*

Kelaparan disebabkan oleh kenyataan bahwa pengembangan perdagangan dunia lebih dititikberatkan pada negara-negara Utara (negara-negara maju), sementara perluasan utang lebih diarahkan ke negara-negara Selatan (negara-negara berkembang).

*Shukor Rahman, New Straits of Malaysia Times, 2001*.


Peningkatan produksi pangan dalam 35 tahun terakhir telah melampaui laju pertumbuhan penduduk dunia sebesar 16%. Peningkatan tersebut belum pernah terjadi.

*United Nations Food and Agriculture Organization, 1994*.


Pada tahun 1997, 78% anak-anak di bawah usia 5 tahun yang kekurangan gizi di negara-negara sedang berkembang sebenarnya hidup di negara-negara yang mengalami surplus pangan.

*United Nations Food and agriculture Organization, 1998*.


Sementara 200 juta orang India kelaparan, pada tahun 1995 India mengekspor gandum dan tepung terigu dengan nilai $ 625 juta, beras 5 juta ton dengan nilai $ 1,3 milyar.

*Institute for Food and Development Policy, Backgrounder, Spring 1998*.


Dewasa ini 826 juta manusia menderita kekurangan pangan yang sangat kronis dan serius, kendati dunia sebenarnya mampu memberi makan 12 milyar manusia (2 kali lipat dari penduduk dunia) tanpa masalah sedikit pun.

*Shukor Rahman, New Straits of Malaysia Times, 2001*.


Pada tahun 1997, hampir 10 juta orang AS yang terdiri atas 6,1 juta orang dewasa dan 3,3 juta anak-anak benar-benar dililit kelaparan. Sementara itu, pada tahun 1998, 10,5 juta rumah tangga di AS atau 31 juta orang tidak bisa memperoleh makanan dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan mereka.

*US Departement of Agriculture, Food Insecurity Report, 1999*.


Jumlah orang yang tidak mampu memenuhi kebutuhan gizinya diperkirakan bertambah besar hingga 3%, dari 1,1 milyar pada tahun 1998 menjadi 1,3 milyar orang pada tahun 2008. 2/3 penduduk Afrika Sub-Sahara dan 40% penduduk Asia akan mengalami kekurangan pangan pada tahun 2008.

*US Departemen of Agriculture, Food Security Asessment, 1999*.


Setiap hari 11 ribu anak mati kelaparan di seluruh dunia, sedangkan 200 juta anak menderita kekurangan gizi dan protein serta kalori. Lebih dari 800 juta menderita kelaparan di seluruh dunia dan 70% di antara mereka adalah wanita dan anak-anak.

*Shukor Rahman, World Food Program, New Staits of Malaysia Times, 2001*.


IMF membunuh umat manusia tidak dengan peluru ataupun rudal tetapi dengan wabah kelaparan.

*Carlos Andres Perez, Mantan Presiden Venezuela, The Ecologist Report, Globalizing Poverty, 2000*.

Dibalik kebijakan penghapusan subsidi dan kenaikan harga BBM

*Penghapusan Jasa/Pelayan Umum *


Tekanan fiskal telah menyusutkan pelayanan yang diberikan negara akibat Program Penyesuaian Struktural (SAP) yang dipaksakan IMF dan Bank Dunia pada negara-negara berkembang.

*The United Nations Human Development Report, 1999*.


41 negara miskin yang paling banyak berhutang, hutang luar negerinya meningkat dari 55 milyar dolar pada tahun 1980 menjadi 215 milyar dolar pada tahun 1995. Saat ini pemerintahan negara-negara Afrika menanggung utang sebesar 350 milyar dolar sehingga mereka memotong 2/5 penghasilan mereka untuk bayar utang. Akibatnya pemerintah mengurangi pembiayaan jasa/pelayan negara terhadap rakyatnya. Atas dasar itulah, *Jubilee 2000* mengatakan bahwa di 40 negara paling miskin setiap 1 menit 13 anak mati.

*The Ecologist Report, Globalizing Poverty, 2000*.


Di Zimbabwe, ketika SAP Bank Dunia mulai dilaksanakan, pembiayaan pelayan kesehatan per orang merosot 1/3nya sejak 1990. Sejak itulah kualitas pelayan kesejatan merosot 30%. Sementara jumlah perempuan yang hampir saja meninggal di rumah sakit Harare meingkat 2 kali lipat dibandingkan tahun 1990. Sedangkan jumlah orang yang berobat ke klinik dan rumah sakit semakin berkurang karena mereka tidak mampu menanggung biaya pengobatan.

*The Ecologist Report, Globalizing Poverty, 2000*.


Di Kenya, munculnya peraturan baru mengenai biaya yang harus ditanggung para pasien di Klinik Pengobatan Khusus Penyakit Menular Seksual di Nairobi, berakibat pada penurunan jumlah orang yang datang berobat hanya dalam jangka waktu 9 bulan.

*The Ecologist Report, Globalizing Poverty, 2000*.


Privatisasi air merupakan kegemaran Bank Dunia dan IMF. Sebuah pemeriksaan acak atas dana-dana IMF di 40 negara selama tahun 2000, mendapatkan bahwa 12 negara peminjam yang persyaratan peminjamannya memuat klausul kebijakan kenaikan harga jasa air dan privatisasi air.

*Globalization Chalengge Initiative, Water Privatization Fact Sheet, 2001*.


Dampak kebijakan IMF dan Bank Dunia memperivatisasi air dapat dilihat pada KwaZulu-Natal, Afrika Selatan, di mana orang-orang miskin yang tidak mampu membayar air bersih terpaksa menggunakan air sungai yang tercemar sehingga menyebabkan wabah kolera.

*Globalization Chalengge Initiative, Water Privatization Fact Sheet, 2001*.


Ketika kota terbesar ke 3 di Bolivia dipaksa melakukan privatisasi air oleh IMF dan Bank Dunia, tingkat kenaikan harga air bagi pelanggan paling miskin mencapai 3 kali lipat. Negara dengan upah minimun kurang dari 60 dolar per bulan tersebut, banyak pemakai air dengan biaya rekening perbulannya mencapai 20 dolar. Warga di kota tersebut yang telah membangun sumur-sumur keluarga dan sistem irigasi selama berpuluh-puluh tahun lalu, tiba-tiba harus membayar hak atas penggunaan air tersebut.

*International Forum on Globalization, IF Bulletin, 2001*.



*Upah dan Ketenagakerjaan*

Sebuah jajak pendapat yang dilakukan Wall Street Journal terhadap 500 eksekutif perusahaan AS mengungkapkan bahwa kemungkinan besar mereka akan menggunakan NAFTA (kawasan perdagangan bebas Amerika Utara) untuk menekan gaji dan upah karyawan/buruh.

*Economic Policy Institute, NAFTA at Seven, 2001*.


Pada akhir 1998, kira-kira 1 milyar pekerja (1/3 dari tenaga kerja dunia) menjadi pengangguran atau setengah pengangguran. Angka tersebut merupakan yang terburuk sejak Depresi Berat pada tahun 1930-an.

*World Employment Report 1998-1999, International Labor Organization* .


Perluasan perdagangan tidak selalu berarti lebih banyak pekerjaan dan gaji yang lebih baik. Di negara-negara paling kaya, penciptaan lapangan kerja jauh tertinggal ke belakang, baik dari sisi pertumbuhan GDP maupun perluasan perdagangan dan investasi. Meski GDP tumbuh 2-3%, tetapi tingkat pengangguran tidak turun tetap berkutat di angka 7%.

*The United Nations Human Development Report, 1999.*


Sebanyak 200 perusahaan terbesar dunia menguasai 30% perekonomian dunia kendati mereka hanya memperkerjakan 1% angkatan kerja dunia. Sementara keuntungan mereka membengkak 362,4% antara tahun 1983-1999, mereka hanya menambah tenaga kerja sebesar 14,4%.

*Institute for Policy Studies, Top 200, The Rise of Corporate Global Power, 2000*.


Para pengusaha menggunakan fleksibilitas ekstra dalam undang-undang ketenagakerjaan (yang diwajibkan IMF dan Bank Dunia) untuk lebih banyak mengurangi dan merampingkan pekerjaan ketimbang memperbesar kemampuan produktif maupun menciptakan lapangan kerja.

*United Nations Trade and Development Report 1995, The Ecologist Report, Globalizing Poverty, 2000*.



*Sumber: The International Forum on Globalization, Globalisasi Kemiskinan dan Ketimpangan, Diterbitkan Cindelaras Pustaka Rakyat Cerdas, Yogyakarta, 2003**.*

Sunday, May 11, 2008

Teka-teki Terorisme

----- Forwarded Message ----
From: akademi akk
To: khaira ummah
Sent: Tuesday, June 26, 2007 3:46:50 PM
Subject: [khaira-ummah] Fwd: Teka-teki mengenai terorisme di Indonesia


faridgaban <http://profiles. yahoo.com/ faridgaban> Sat Jun 23, 2007 8:18 pm
(PST) Dear Siska dan teman lain yang berminat soal terorisme,

[Ini lumayan panjang. Dan setelah menulis berjam-jam komentar ini,
saya hanya ingin minta imbalan ditraktir ice cappucino deket kantor
Siska. OK? Jadi, kapan kita bisa minum bareng?]

PENGANTAR

Saya harus mengaku pada Siska, saya mungkin tidak sebanyak Siska atau
Chairul Sabili atau Alfian Hamzah dalam melakukan penelusuran lapangan
soal terorisme, jika yang dimaksud adalah jalan ke lapangan.

Dalam kapasitas sebagai penjaga gawang rubrik nasional dan investigasi
Tempo, saya membuat penugasan, menerima laporan dan menulis banyak
tema terorisme dari para wartawan, termasuk Teror Bom Natal, yang
terjadi jauh sebelum Al Qaedah maupun Jemaah Islamiyah menjadi
kosakata sehari-hari.

Sekeluar dari Tempo, sepanjang tahun-tahun awal setelah Bom Bali, saya
mengumpulkan sebagian besar pemberitaan tentang kasus itu dari sumber
berita yang luas (termasuk juga laporan ICG-nya Sydney Jones) dan
mencoba mensitematisasikann ya. Bahkan saya pernah membuat milis khusus
untuk berita-berita teror di Indonesia. Ini sebuah proyek pribadi yang
lebih didorong keingintahuan untuk memahami fenomena terorisme di
Indonesia, tapi akhirnya harus saya sisihkan karena kesibukan lain.

Pesantren "Teroris" Ngruki saya kenal sejak SMP, akhir dasawarsa
1970-an, karena tak jauh dari kota kelahiran saya. Sepupu perempuan
saya bahkan mengajar di situ. Paman saya sendiri pernah menjadi
pengikut Abdullah Sungkar dan Abu Bakar Baasyir.

Beruntung pula saya menjadi salah satu pembaca pertama laporan
investigasi Alfian Hamzah tentang teror bom Makassar. Meski terbatas
di Makassar, Alfian telah membuktikan secara solid kebohongan polisi
dalam mengkaitkan ledakan bom di sana dengan Jemaah Islamiyah. Bahkan
lebih buruk, menjebloskan tersangka tak bersalah ke penjara.

Investigasi Alfian adalah bukti paling solid sejauh ini tentang adanya
konspirasi dalam tubuh kepolisian untuk membuat kesan bahwa Jemaah
Islamiyah adalah organisasi yang omnipotent (sangat digdaya) dan
omnipresent (ada di mana-mana). Sayang, tak ada koran di Makassar yang
mau memuat laporan Alfian itu, sehingga dia menerbitkannya sendiri
dalam versi fotokopi serta menjualnya di perempatan lampu merah!

Saya ada di lapangan ketika polisi menggerebek "teroris Wonosobo",
yang pernah saya tulis sebagai bentuk "publicity stunt" polisi berkat
bantuan awak ANTV.

Saya juga mewawancara dan mengenal secara pribadi beberapa alumni
Afghanistan, satu di antaranya seorang yang cukup senior untuk bisa
menjadi perekrut, lebih senior dari Nasir Abbas maupun Imam Samudra.

Meski begitu, saya tak ingin mengklaim memiliki pengetahuan sempurna,
baik tentang terorisme Indonesia maupun tentang Ngruki serta sepak
terjang Sungkar dan Baasyir.

SEBUAH PUZZLE LEBAR

Siska benar, rangkaian teror bom di Indonesia, bahkan di dunia, yang
dituduhkan kepada kelompok Islam, adalah semacam puzzle. Dan kita
masing-masing hanya mengetahui beberapa keping saja.

Sejauh ini polisilah yang memonopoli sebagian besar kepingan itu. Ini
sebagian karena minimnya investigasi independen (terutama di kalangan
media) terhadap apa yang dilakukan polisi. Sebaliknya dari itu, banyak
media justru menjadi corong polisi.

Maaf, meski saya tidak bisa menyebut Siska "sekadar corong", saya
setuju Chairul bahwa sebagian jawaban Siska (yang akan kita bahas
nanti) bersumber dari polisi, atau setidaknya dari pernyataan polisi
yang diterima tanpa verifikasi.

Saya bisa memahami dan bersimpati pada kesulitan Siska, atau wartawan
lain, untuk menyatukan puzzle itu.

Di tengah bombardemen klaim-klaim polisi, media sebenarnya keteteran
melakukan verifikasi, bahkan jika mau melakukannya. Suatu hal yang
semestinya kita akui saja secara terbuka dan jujur kepada pembaca/pemirsa.

Ada banyak sekali yang perlu diverifikasi. Dalam metode critical
thinking, kita bahkan sebenarnya layak untuk mempertanyakan "bukti
forensik" polisi, misalnya, sesuatu yang selama ini "terpaksa" kita
terima karena.

Kita (baik saya, Siska maupun wartawan lain) jelas tak memiliki akses
ke laboratorium, untuk menguji beberapa pertanyaan dasar, seperti:

- Apa sih sebenarnya bom yang meledak di Bali? Benarkah itu bom pupuk
yang dibeli Amrozi di Surabaya, seperti kata polisi?

- Bagaimana kepala Asmar Latin Sani bisa ditemukan utuh di kamar Hotel
Marriott?

- Peluru apa sih yang membunuh Azahari di Batu? Dia ditembak atau
bunuh diri?

- Apa yang sebenarnya terjadi di Wonosobo? Sebuah baku tembak atau
pembantaian sepihak oleh polisi?

Dan masih ada seribu satu pertanyaan serupa lagi, mengingat ada
ratusan penangkapan dalam lima tahun terakhir.

Terlalu banyak misteri dan kemungkinan, seperti yang tersirat dalam
jawaban Siska sendiri. Saya kira cukup wajar jika kita bertanya:

Dalam situasi yang serba mungkin itu kenapa polisi demikian yakin
dengan satu temuan tunggal, bahwa teror bom dilakukan Jemaah Islamiyah
yang omnipotent dan omnipresent?

Polisi, dan khususnya Detasemen 88, tidak menginginkan transparansi
dan akuntabilitas, bahkan untuk sesuatu urusan yang jelas. Pekan ini,
misalnya, Kapolri mengatakan "kontroversi penembakan Abu Dujana tak
perlu dikembangkan karena yang kita tangkap adalah teroris!"

Kata "teroris" seakan bisa membenarkan apa saja yang mau dilakukan
polisi. Sebuah sikap tidak transparan dan tidak akuntabel. Sangat
potensial mengandung penyalahgunaan kekuasaan dan manipulasi.

MOTIF, MOTIF DAN MOTIF

Dari komik "Detektif Conan" anak-anak, saya belajar bahwa setiap
penyidikan TKP (crime scene investigation) memiliki beberapa elemen:
pelaku, bukti (forensik, balistik maupun kesaksian), dan motif.

Sir Arthur Conan Doyle, pereka detektif terkenal Sherlock Holmes,
mengatakan "motif, motif dan motif". Motif merupakan elemen terpenting
dalam investigasi, kadang lebih penting dari pengakuan dan kesaksian,
untuk mengungkap siapa pelaku kejahatan. Siapa paling diuntungkan oleh
sebuah kejahatan?

Saya, misalnya, bisa saja mengaku membunuh, tapi jika pembunuhan itu
tidak bisa dijelaskan motifnya, tetap ada sebuah lubang menganga yang
membuat investigasi tidak tuntas. Namun, pada saat yang sama,
kecocokan motif saja tidak otomatis membuat seorang tertuduh pastilah
telah berbuat kejahatan.

Mengkaji motif kejahatan memiliki makna penting di sisi lain. Dia
menjadi bahan pembelajaran bagi publik untuk mencegah kejahatan serupa
terjadi. Sebagai contoh: jika terlalu banyak orang membunuh karena
faktor ekonomi, misalnya, meski pembunuhan itu sendiri tidak bisa
dibenarkan, masyarakat disadarkan tentang pentingnya memperbaiki
kondisi perekonomian.

Absennya motif, yang bisa dijelaskan secara tuntas dalam berbagai
peristiwa teror bom di Indonesia, yang paling membuat saya ragu teror
ini dilakukan dengan motif agama atau politik.

Ada beberapa point penting dari jawaban Siska yang perlu dibahas,
sebagian saya menyetujuinya, sebagian lain tidak:

JEMAAH ISLAMIYAH, SUNGKAR DAN BAASYIR

Siska:

- Jemaah Islamiyah itu ada, didirikan di Malaysia oleh Abdullah
Sungkar, teman Abu Bakar Baasyir.
- JI bukan organisasi yang berorientasi teror.

Farid Gaban:

Saya sedikit banyak tahu tentang Sungkar dan Baasyir sejak SMP,
terutama dari paman saya yang pernah terlibat dalam gerakan mereka. Di
zaman Orde Baru, setelah Sungkar dan Baasyir lari ke Malaysia akibat
prosekusi pemerintahan, paman saya ini tiga tahun mendekam di penjara
untuk sebuah tuduhan teror yang tak pernah dilakukannya. Dia masuk
penjara ketika istrinya sedang hamil tua.

Abu Bakar Baasyir sendiri mengatakan JI tidak ada, atau setidaknya dia
tidak merasa mendirikan organisasi itu. Paman saya juga tidak merasa
menjadi anggota organisasi semacam itu.

Tapi, taruhlah saya lebih percaya pada Siska ketimbang Baasyir dan
paman saya, pertanyaan pentingnya adalah benarkah JI secara
organisatoris melakukan kejahatan seperti dituduhkan?

(Kita nanti akan membahas lagi hal ini di pertanyaan nomor dua).

Meski Siska mengatakan JI bukan organisasi berorientasi teror, saya
melihat Siska membuat kesimpulan/kaitan yang jumping ketika
menjelaskan sepak terjang Sungkar dan Baasyir (30 tahun lalu) dengan
aksi teror di Indonesia pasca-reformasi, dan secara tersirat
menyimpulkan ini punya korelasi kejahatan yang langsung.

Siska benar ketika mengatakan Gerakan Abdullah Sungkar adalah
memperjuangkan negara Islam, atau tegaknya Syariah Islam.

Tapi, apakah itu sebuah kejahatan?

Saya pribadi tidak setuju pandangan politik dan keislaman Sungkar,
Baasyir dan paman saya, tapi saya tidak bisa menganggap gerakan mereka
itu sebagai kejahatan. Sama halnya saya tidak akan menganggap orang
yang berjuang untuk tegaknya provinsi Kristen, kapitalisme, sosialisme
dan komunisme di Indonesia adalah orang yang dengan sendirinya kriminal.

Di zaman Orde Baru, "mendirikan Negara Islam/Syariah" adalah
kejahatan. Baik Sungkar maupun Baasyir diprosekusi bukan karena
tindakan kriminal, tapi karena pandangan politiknya. Itu sendiri sudah
merupakan ketidakadilan Orde Baru. Sungkar, Baasyir dan paman saya
adalah korban dari teror negara.

Seperti Siska juga tahu, banyak orang Islam Indonesia, tidak hanya
dari Kelompok Sungkar, bersimpati kepada Muslim Afghanistan di bawah
pendudukan Soviet, atau pejuang Moro di Mindanau, atau pejuang
Palestina di Israel.

Banyak dari mereka, tak hanya Kelompok Sungkar, juga bersedia
berangkat untuk berperang, meski saya meragukan ketrampilan perang
mereka. (Seorang alumni Afghanistan mengatakan kepada saya, mujahid
dari Indonesia tidak pernah memiliki posisi yang penting di sana).

Bagaimanapun, saya tidak menganggap bersimpati, berperang,di
Afghanistan atau di Mindanau merupakan kejahatan, terutama kejahatan
yang bisa dijerat dengan KUHP Indonesia.

Siska menganggap itu sebagai kejahatan?

Lebih dari itu, berjuang di Afghanistan atau Moro (di satu pihak) dan
melakukan teror di Indonesia (di lain pihak) adalah dua hal yang tidak
ada hubungannya, terutama jika kita melihatnya dari segi hukum.

Jika seseorang dituduh melakukan teror di Indonesia, kita tidak bisa
otomatis mengatakan yakin mereka melakukan itu hanya karena mereka
pernah ke Afghanistan atau Mindanau.

AMBON-POSO DAN TEKNIK PIVOT DALAM PROPAGANDA

Menurut saya, kita perlu berhati-hati dengan serpihan-serpihan fakta
itu dan tidak membuat kaitan secara gampangan.

Sebab, di tingkat inilah, bukan fakta lapangan, sebenarnya propaganda
bekerja. Dalam propaganda dikenal teknik "pivot", sebuah analogi dalam
bidang mekanika mesin. Teknik ini mengkaitkan berbagai hal yang
mengorbit ke sebuah simpul (A pivot is that on which something turns).
Kaitan ini tidak dinyatakan secara eksplisit tapi karena diulang
terus-menerus akhirnya diterima oleh audiens sebagai korelasi langsung.

"Teror" adalah pivot itu, sebuah kata yang membundel beberapa kata
kunci seperti "Jemaah Islamiyah, Al Qaedah, Afghanistan, Irak, Moro,
Ambon, Poso, negara Islam, Syariah" seolah-olah semua kata itu
memiliki kaitan langsung dan otomatis.

Tentang Poso atau Ambon, walaupun saya pribadi lebih suka ada
penyelesaian hukum dan politik yang komprehensif, saya tak bisa
menyalahkan begitu saja sebagian orang Muslim yang bersimpati atau
berperang di pihak Muslim. Sama halnya, saya tidak bisa begitu saja
menyalahkan orang Kristen yang bersimpati atau berperang di pihak Kristen.

Konflik Ambon-Poso adalah konflik lokal yang tidak segera dibereskan.
Dalam spiral kekerasan seperti itu, konfrontasi antar penganut agama
tidak terhindarkan. Suatu hal yang menyedihkan, meski sebenarnya bisa
dihindari lebih awal.

Tapi, dalam berbagai pernyataan lima tahun terakhir ini polisi
mengkaitkan hampir secara langsung antara konflik di Ambon dan Poso
dengan Jemaah Islamiyah, karenanya dengan teror, dan sebaliknya.

Ada kecenderungan di sini polisi ingin menutupi ketidakmapuannya
menyelesaikan konflik sejak awal dengan mereduksi fenomena itu sebagai
"teror Islam". Juga ada kecenderungan untuk mengesankan bahwa hanya
simpati orang muslim sajalah yang merupakan teror, sementara
sebaliknya, dari kalangan Kristen, bukan teror.

Beberapa tahun lalu, Paul Wolfowitz (waktu itu Wakil Menteri
Pertahanan Amerika) dan Kepala BIN Hendropriyono mengatakan Al Qaedah
memiliki kamp latihan militer di Poso.

Di sini propaganda masuk ke level internasional. Ditambah lagi
kampanye beberapa pendeta Kristen Amerika, yang menyebut kasus Poso
sebagai "Christian Holocaust", maka lengkaplah: Al Qaedah, Jemaah
Islamiyah, teror dan "pembantaian sistematis terhadap orang Kristen".

Mereduksi kasus Ambon dan Poso sebagai fenomena "teror Islam" atau
"teror Al Qaedah" justru akan menjauhkan kita dari kemungkinan bisa
memahami akar sebenarnya konflik itu, dan menghalangi kita bisa
mencegah konflik serupa berulang di masa mendatang atau di tempat lain.

KETERLIBATAN JI SECARA ORGANISATORIS

Siska:

- Teror di Indonesia tidak dilakukan secara organisatoris oleh JI.
- Oleh karenanya, teror itu tidak bisa disebut terorisme JI.
- JI tidak sekuat yang dibayangkan media Barat (suatu jaringan
terorisme Asia tenggara).
- Tidak pernah ada satu garis komando khusus di JI.
- Tidak ada tokoh aktivis JI yang track record dan signifikansinya
dalam gerakan Islam kita kenali.

Farid Gaban:

Saya kira ini point terpenting dari kesimpulan penelusuran Siska. Saya
juga punya kesimpulan sama: tidak ada kaitan antara teror di Indonesia
dengan Jemaah Islamiyah (Gerakan Sungkar dan Baasyir) sebagai organisasi.

Itulah sebabnya, saya menilai upaya yang gegap-gempita, dari polisi
Indonesia dan Pemerintah Amerika/Australia, untuk mengkaitkan bom-bom
teror di sini dengan "Jemaah Islamiyah bin Al Qaedah" adalah tindakan
manipulatif, dan sarat dengan propaganda.

Manipulatif dan sarat propaganda pula usaha untuk mengesankan bahwa
Jemaah Islamiyah (Gerakan Sungkar/Baasyir) adalah sebuah organisasi
yang rapi, terstruktur, dengan satu komando khusus, omnipotent dan
omnipresent.

Struktur organisasi Jemaah Islamiyah seperti yang dimuat oleh Harian
Kompas dan Majalah Tempo pekan lalu adalah struktur yang direka
polisi. Kompas dan Tempo hanya memperkuat propaganda polisi.

Media Barat pun sebenarnya hanya menerima frame, tanpa verifikasi,
dari statement Departemen Luar Negeri Amerika, yang bisa kita baca
dalam website-nya, bahwa "Jemaah Islamiyah adalah organisasi yang
ingin mendirikan Kekhalifahan Islam se-Asia Tenggara dengan cara teror".

Statement Amerika ini diperkuat oleh "publicity stunt" polisi Indonesia.

Adegan penggerebegan di Bandung, Batu (Malang), Wonosobo dan terakhir
penangkapan Abu Dujana adalah adegan yang penuh "heroisme" dan
menggunakan kekuatan eksesif untuk memberi kesan bahwa yang ditangkap
dan dibunuh adalah orang-orang yang terlatih, bomb-loaded, cerdik, dan
sangat berbahaya, kaliber internasional ("Asia Tenggara").

Siska menyebut itu sebagai kebodohan polisi, saya justru melihatnya
sebagai kecerdikan polisi dalam memanipulasi publik.

Setiap kali penangkapan, polisi mengumumkan "buron nomor satu" untuk
memberi kesan penting: pertama Baasyir, lalu Azahari, terus Noordin
Top, kini Zarkasih, dan terakhir Abu Dujana.

Semua "buron nomor satu", meski dalam beberapa kasus yang
ditangkap/dibunuh adalah orang yang sehari-hari bekerja menjadi
penjahit, guru atau penjual kelontong keliling, dan dengan tuduhan
sesederhana "menyembunyikan tersangka teroris".

Setiap kali penggerebekan, polisi juga cerdik sekali memanfaatkan
televisi, terutama ANTV, sehingga wartawan sekaliber Siska pun
terkecoh melihat aksi polisi sebagai aksi teroris Azahari. (Kata
Siska: "Kita liat sendiri aksi heroik Azahari itu di ANTV.")

Dalam tayangan ANTV itu, seingat saya, pemirsa tidak pernah melihat
Azahari dalam keadaan hidup. Yang kita lihat adalah kesibukan para polisi.

Demikian pula ketika polisi menggerebeg "teroris Wonosobo", yang juga
ditayangkan secara "live" oleh ANTV. Mengamati langsung lokasi
penggerebegan dan mewawancara beberapa saksi di lapangan, saya
menyimpulkan, polisi jika mau bisa melumpuhkan tersangka (sekali lagi
tersangka) tanpa harus membunuhnya.

Tapi, yang dilakukan polisi adalah sebuah aksi heroik untuk memberi
kesan ada perlawanan maut dari dalam, meski dilihat secara seksama
tayangan ANTV itu sendiri bahkan tidak menunjukkan adanya perlawanan.

Penggerebegan yang heroik ini selalu menjadi perhatian media
internasional yang pada gilirannya memberi kesempatan kepada John
Howard dan George Bush untuk tampil pula menjadi pahlawan bagi
publiknya, menunjukkan "bukti otentik" keberadaan "Jemaah Islamiyah
bin Al Qaedah" dan karenanya memberi justifikasi pendudukan Irak dan
Afghanistan.

Teknik Pivot. Al Qaedah, Jemaah Islamiyah, teror, Afghanistan, Irak,
Moro, Poso, Ambon, dan syariah.

MOTIF POLITIK TEROR BOM

Siska:

- Susah dijawab pertanyaan apakah aksi teror di Indonesia sesuai
dengan motif politik JI.
- Awalnya para aktivis JI dalam fase kebingungan, sebab
setelah Sungkar organisasi ini hilang kendali. Baasyir yang ditunjuk
sebagai pengganti Sungkar, tidak terlalu tegas.

Farid Gaban:

Terlalu banyak kemungkinan bisa terjadi dari "para aktivis yang
bingung" dan sebuah organisasi yang "hilang kendali" (30 tahun lalu).
Terlebih lagi jika organisasi itu "tidak memiliki sistem komando
khusus". Random.

Siska mengatakan para aktivis JI kontemporer kemungkinan dipengaruhi
oleh fatwa Usamah bin Laden. Tapi, menurut saya, ini kaitan yang
jumping kecuali di awal kita sudah punya anggapan (yang menurut saya
prematur) bahwa Jemaah Islamiyah adalah organisasi cabang Al Qaedah di
Asia Tenggara.

Saya tidak mau berspekulasi di sini, karena saya pun tidak tahu persis
motif politik teror-teror bom yang Siska sebut dilakukan oleh "aktivis
yang bingung", dalam organisasi yang "hilang kendali" (30 tahun lalu)
dan "tidak memiliki komando khusus" itu.

Ada terlalu banyak kemungkinan di sini. Perlu ada satu sesi
investigasi lain.

Satu-satunya kesimpulan yang bisa ditarik sekarang ini: meski ada
banyak pertanyaan tak terjawab, jelas sekali ada UPAYA SENGAJA untuk
merujuk hanya ke sebuah kesimpulan saja, bahwa ini dilakukan Jemaah
Islamiyah, suatu hal yang Siska sendiri tidak setujui.

PERTANYAAN SELEBIHNYA DAN SEBUAH TARUHAN BESAR

Saya tidak melihat Siska punya jawaban pasti terhadap pertanyaan
selebihnya. Saya pun tidak. Kita sama-sama tidak memiliki akses
independen pada bukti-bukti keras (hard evidences). Yang ada hanya
bukti tak langsung (circumstansial evidences), itupun sebagian besar
dimonopoli polisi.

Jika saya menulis tentang hal ini, saya akan mengaku terus terang
kepada pembaca bahwa ada banyak hal yang "unverified" dan "yet to be
verified" dalam kasus terorisme di Indonesia.

Saya tidak ingin menjadi sok tahu dalam hal ini.

Beberapa bulan lalu kita ingat kasus jatuhnya Adam Air. Mengutip
sebuah klaim yang tanpa verifikasi, seluruh media lokal dan
internasional, terkecoh tentang lokasi jatuhnya pesawat yang ternyata
bukan.

Memberitakan secara gegabah klaim polisi dalam kasus terorisme punya
taruhan yang lebih besar dan berbahaya ketimbang klaim berita kecelakaan:

- Potensial memperuncing ketegangan antar-agama
- Menjustifikasi penindasan hak asasi manusia
- Menjustifikasi manipulasi dan penyalahgunaan kekuasaan

Terlalu besar taruhannya bagi bangsa ini.

Salam,
Farid Gaban

Saturday, May 10, 2008

DA’WAH SALAFIYAH DAN BAHAYANYA MANHAJ HADDADIYAH

DA’WAH SALAFIYAH DAN BAHAYANYA MANHAJ HADDADIYAH

Oleh
Syaikh Abu Usamah Salim bin Ied al-Hilaly

Bismillahi walhamdulillahi wash Sholatu was Salaamu ‘ala Rosulillah, wa Ba’d : Berikut ini merupakan bahasa mutarjim (penterjemah) yang menterjemah kata perkata Syaikh Abu Usamah Salim bin Ied al-Hilaly pada saat Seminar Imam Ibnul Qoyyim al-Jauziyah di Brooklyn, Ney York, yang ditranskrip oleh salah seorang ikhwan Amerika, bagi yang menghendaki kaset baik yang berbahasa Arab maupun Inggris silakan menghubungi QSS dan SSNA)

Syaikh Salim hafizhahullahu berkata, “Perkara lain yang juga harus kita perhatikan adalah, bahwa kita memiliki beberapa syabab, yaitu para pemuda yang tidak kita ragukan keikhlasan mereka, namun kita ragukan metodologi mereka, atau kita mempermasalahkan cara atau manhaj mereka. Ada dari orang-orang ini yang mengumpulkan (mencari-cari) kesalahan para penuntut ilmu atau da’i (penyeru) dakwah ini. Mereka himpun setiap kesalahan yang akan diperbuat oleh para da’i atau penuntut ilmu ini , kemudian mereka menelpon masyaikh dan menceritakan kesalahan-kesalahan ini…


Ini adalah metode yang jelek, dan orang-orang tersebut, sekali lagi saya katakan, saya tidak ragu dengan keikhlasan mereka, namun cara yang mereka pergunakan ini adalah tidak benar dan cara ini dapat merusak persaudaraan dan menjadikan hati saling bermusuhan antara satu dengan lainnya, baik diantara ahlul ilmi maupun masyarakat secara umum. Ini merupakan jalan yang buruk!!! Ini jalan yang rusak!! Oleh karena itu mereka seharusnya takut kepada Allah Tabaroka wa Ta’ala!!!

Tidak!! Kelak mereka akan melihat kesalahan ini… mereka mengangkat telpon dan menghubungi Syaikh Rabi’, atau mereka menelpon Syaikh Ubaid al-Jabiri atau mereka menelpon orang lain yang seperti ini, setelah mereka mengumpulkan kesalahan-kesalahan (saudara mereka).

Mereka seharusnya takut kepaa Allah Tabaroka wa Ta’ala dan sadar bahwa Allah Tabaroka wa Ta’ala memperhatikan dan mengamati mereka dan ketahuilah bahwa hal ini adalah perkara yang tidak benar, cara yang salah untuk dilakukan… hal ini merupakan jalan yang keliru di dalam melalui perkara ini.

Dan ada diantara mereka yang akan menggambarkan segala sesuatu yang dilakukan oleh seseorang sebagai hizbiyah. Suatu jama’ah atau para ikhwan yang sedang berkumpul di suatu ruangan dan berdiskusi dikatakan hizbiyah!!! Suatu jama’ah atau para ikhwan yang terlibat di dalam suatu yang mereka sepakati dikatakan hizbiyah!! Segala sesuatunya menurut mereka adalah hizbiyah!!!

Hal ini tentu saja… adalah cara yang salah di dalam memahami suatu masalah… ini adalah metode yang keliru di dalam memahami suatu perkara. Mereka menghendaki supaya kita hanya berkumpul mengitari satu ulama saja, dan suatu pandangan yang dimiliki oleh ulama itu maka kita pun harus memegangnya, setiap pendapat yang diambilnya maka kita pun juga harus mengambilnya…

Kalian harus faham… bahwa salafiyah lebih luas daripada hal ini!!! Salafiyah lebih besar dari yang demikian ini!!! Salafiyah tidak dapat dimiliki oleh satu kelompok, suatu komunitas ataupun suatu jama’ah tertentu. Hal ini haruslah difahami karena hal ini telah melahirkan banyak kebingungan di dalam fikiran dan memecah belah hati serta menciptakan problematika yang mengerikan.

Perkara lain yang mereka lakukan adalah bersikap seperti ini…perkara-perkara ini… setelah mereka mengumpulkan kesalahan-kesalahan ini dan menyiarkan situasi keluar dari keadaannya. Meminta fatwa dari seorang syaikh karena (mereka tahu bahwa) syaikh tersebut hanya akan menjawab berdasarkan dari apa yang ia fahami. Maka syaikh itu akan menjawab dengan jawaban yang mereka kehendaki bahwa syaikh itu akan menjawab demikian. Karena, mereka mencari fatwa tertentu yang sebenarnya mereka kehendaki… mereka mencari fatwa tertentu yang sebenarnya sedang mereka inginkan….

Padahal ada beberapa hal… ada banyak hal, yang kalian tidak bisa memberikan fatwa yang tepat kecuali jika kalian benar-benar memahami situasi dan kondisi yang melingkupi permasalahan ini, dan inilah sesuatu yang tidak mereka sampaikan… inilah sesuatu yang tidak mereka sampaikan (kepada masyaikh)…!!!

Seorang penuntut ilmu bisa jadi melakukan suatu kesalahan atau bisa jadi memiliki beberapa keraguan (syubuhat) terhadap sesuatu… ini adalah suatu hal yang kita seharusnya memberikan waktu atau perhatian…. kita seyogyanya menunjukkan perhatian kita kepada saudara kita. Dan kita harus yakin menganggap saudara kita seperti… jika kita kehilangan satu dari saudara kita, bagaikan kehilangan sebagian tubuh kita… bagaikan ada suatu bagian dari tubuh kita yang terpenggal (putus) jika kita kehilangan salah satu saudara kita. Oleh karena itu kita… kita seharusnya lebih memperhatikan saudara-saudara kita dan kita tidak menginginkan saudara-saudara kita menjadi sesat dan kita juga tidak menghendaki saudara-saudara kita meninggalkan dakwah ini. Karena itulah… kita harus menunjukkan kepedulian kita terhadap mereka…

Ini adalah perkara yang penting yang harus difahami. Ini adalah perkara takwa. Orang-orang ini, yang melakukan cara-cara demikian ini… harus faham bahwa Allah melihat mereka. Harus sadar bahwa Allah Tabaroka wa Ta’ala maha mengetahui akan apa yang mereka perbuat. Mereka harus tahu bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda : ”Barangsiapa yang mencari-cari kesalahan orang lain dan menyibakkannya, maka Allah Tabaroka wa Ta’ala akan membuka kesalahan-kesalahannya dan menyibakkannnya walaupun di tengah-tengah rumahnya sendiri. Walaupun di dalam rumahnya sendiri!!!” oleh karena itu tunggulah penyibakan dari Allah… seseorang tidak akan bisa lari dari adzab Allah. Apakah kita tidak tahu bahwa Allah Tabaroka wa Ta’ala melihat apa yang kita lakukan? apakah kita tidak tahu bahwa tidak ada suatu perkataan pun yang akan kita ucapkan melainkan dicatat? Yang mana Allah Tabaroka wa Ta’ala berfirman : ”Dantidaklah dia berkata apa-apa melainkan ada yang mencatat”

Juga haruslah difahami bahwa dakwah salafiyah ini berdasarkan hujjah/dalil. Oleh karena itu, jika ada seorang penuntut ilmu tidak sepakat dengan pendapat ulama tertentu karena melihat bahwa dalil ulama ini tidak begitu kuat ataupun tidak meyakinkan dirinya, maka ini adalah suatu hal yang diperbolehkan untuk melakukan tarjih, mendengarkan ulama ini dan mendengarkan pula ulama lain, sembari mengatakan, ”Yang ini punya dalil (yang kuat) dan aku mengambilnya.” Bukannya malah bertaklid buta pada seorang individu dan menyetujui seorang individu pada setiap pernyataan yang dikatakannya tentang setiap orang atau setiap kelompok di muka bumi… ini yang harus kita fahami!!!

Perkara lain yang juga harus dihindari (ditinggalkan) adalah mendengarkan setiap orang yang berdakwah (untuk mencari-cari kesalahan atau ketergelinciran, pent)… Imam dan mujtahidnya muhadditsin, imam Jarh wa Ta’dil zaman ini, Syaikh Nashirudin al-Albani rahimahullahu, jika seseorang ada yang bertanya kepada beliau tentang orang lain, beliau senantiasa menjawab, ”Aku tidak dapat menjawabmu. Jika aku mengenalmu maka aku akan menjawabmu, jika aku mengenalmu aku akan menjawabmu.”

Jadi, sikap beliau adalah, beliau tidak akan berbicara tentang orang lain sampai beliau mengenal mereka. Hal ini dikarenakan beliau tidak mendengar dari segala penjuru dunia mengenai seseorang yang berbicara tentang sesuatu, dan bahkan beliau tidak mengenal siapakah individu-individu tersebut. Individu ini berbicara tentang individu lainnya yang mendukung dakwah dan menyeru kepada salafiyah, menyeru kepada yang haq selama bertahun-tahun, oleh karena itulah kita tidak mendengar ucapan-ucapan mereka ataupun menerimanya. Metode ini bukanlah metodenya Imam Jarh wa Ta’dil… ini bukanlah jalannya orang yang kita duduk di bawah kakinya dan mempelajari agama ini, orang yang kita tumbuh di dalam majlisnya (yaitu syaikh Albani, pent)

Ingatlah, hizbiyun telah mengetahui bahwa kejahatan mereka telah dibongkar, hizbiyun tahu bahwa kerusakan mereka telah disingkap. Oleh karena itu mereka sekarang menyusup diantara kita dan menghendaki supaya kita menjadi sibuk antara satu dengan lainnya, menginginkan kita tersibukkan antara satu dengan lainnya!!! Ahlus sunnah wal Jama’ah, yaitu mereka yang berada di atas manhaj salaf, seharusnya mereka bergandengan tangan bersama… seharusnya mereka bergandengan tangan bersama!!! Daripada kita sibuk di antara sesama, seharusnya kita berdakwah dan membantah hizbiyun, membantah sufiyun, membantah asy`ariyah dan membantah seluruh ahlul bid’ah. Namun anehnya, kita ini lebih senang mencari kesalahan saudara lainnya, mencari kesalahan antara satu dengan lainnya!!!

Tidaklah cukup kalian mengucapkan kebenaran saja, namun kalian juga harus berlaku adil. Jika kalian mengucapkan kebenaran di tempat yang tidak semestinya, maka ini termasuk ketidakadilan. Ini adalah perkara yang telah Allah tampakkan dengan shidq, kejujuran dan dengan keadilan. Jadi keduanya harus diperhatikan di sini.

Kalian mendapatkan ada diantara mereka membicarakan salafiyun, namun mereka diam terhadap seburuk-buruk ahlul bid’ah, diam terhadap seburuk-buruk manusia yang berada di atas kebatilan, seburuk-buruk orang yang berada di atas manhaj yang salah. Ini jelas adalah suatu hal yang tertolak.. ini merupakan situasi baru dan perkara baru yang akan dipergunakan hizbiyun untuk memecah belah hati salafiyun dan memecah belah antara ulama dan para penuntut ilmu… inilah yg harus kita sadari!!! Bahwa seseorang itu hendaknya memiliki kelembutan dan haruslah bersikap adil/lurus.

Ketika saya ditanya tentang seseorang yang saya ketahui bahwa dirinya adalah salafi, namun seseorang mengambil ucapannya keluar dari konteks, atau menyodorkan perkataannya yang mana perkataan ini lain dengan apa yang ia pegang, maka saya akan menjawab : ”Saya tidak bisa menjawab pertanyaan ini, jika saya tahu maka saya akan menjawabnya!” saya tidaklah melakukan hal ini karena takut… namun inilah manhaj!!! Inilah metodologi!! Dan inilah manhaj yang sebagaimana saya lalui dan saya telah tumbuh dengannya. Sikap yang harus kau ambil adalah sikap untuk Allah Tabaroka wa Ta’ala dan berdasarkan apa yang Rasulullah dan Allah Tabaroka wa Ta’ala cintai.
Sikap inilah yang seharusnya diambil!!!

Walaupun saya pribadi telah memisahkan diri saya dari beberapa individu yang mereka adalah murid-murid syaikh Nashir, yang lebih dari 40 tahun bersama syaikh! (Maksud beliau adalah syaikh Ibrahim Syaqrah yang terpengaruh oleh benih fikrah quthbiyun dan menuduh syaikh Albani dengan irja’, pent) Iya, saya memisahkan diri saya dari mereka dan mengambil sikap melawan mereka ketika saya melihat ini adalah sikap yang harus saya ambil dalam rangka mendapatkan keridhaan Allah Tabaroka wa Ta’ala, dan berdasarkan manhaj Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam.

Kita memerlukan al-hilm dan kesabaran, sedangkan al-hilm ini memerlukan ilmu. Kita membutuhkan ar-Rifq (kelemahlembutan) dan ketenangan, dan mempergunakan waktu kita. Kita perlu untuk menerima pendapat saudara kita, yang mana kita adalah cermin bagi mereka. Jika saudara kita terkena suatu syubuhat dan masalah, maka hal pertama yang harus kita lakukan adalah menarik dirinya di sisi kita dan menasehatinya. Hal pertama yang harus kita lakukan adalah berbicara kepadanya secara langsung, bertatap muka dan menasehatinya.

Aku memohon kepada Allah Tabaroka wa Ta’ala agar mempersatukan kita di atas yang haq dan menyelamatkan kita dari kejahatan manhaj yang telah nampak diantara kita, walhamdulillah.

Aku akan memberikan kalian sebuah contoh dari sikap ketidakadilan dan manhaj (rusak) ini, yang aku berbicara tentang orang-orang yang mengumpulkan (mencari-cari) kesalahan, berdusta dan datang di tengah-tengah ulama. Kita sekarang ini berada di New York, yang kita tahu bertetangga dengan New Jersey. Apakah ada diantara kalian yang jahil tentang sikap dari masyaikh terhadap Abu Muslimah (salah seorang da’i Amerika yang terpengaruh hizbiyah dan membelanya)?

Saya yakin bahwa setiap orang di ruangan ini tahu bagaimana posisi Syaikh Usamah al-Qusy, Syaikh Muhammad Musa Nashr dan saya sendiri serta masyaikh lainnya terhadap Abu Muslimah… bahwa kami mentahdzir dirinya dan kami nyatakan bahwa dirinya adalah hizbi, kami memperingatkan manusia agar menjauhinya, dan kami robohkan bangunan (hizbi) yang sedang ia upayakan untuk ia bangun. Organisasi khabits (busuk) ini, organisasi jelek dan jahat ini, yang mana ia (Abu Muslimah) sedang berupaya untuk mendirikannya dengan memilih Amir bagi kelompok salafi tertentu, dan lainnya…

Setiap orang telah mengetahui posisi kami, bahwa kami mentahdzir darinya!!! mauqif (sikap), posisi dan pendapat kami adalah jelas. Namun masih ada saja beberapa orang yang pergi ke luar negeri, mereka berdusta dan menemui syaikh Rabi’, dan mengatakan bahwa kami menolong Abu Muslimah, kami menyokong Abu Muslimah dan enganggap dirinya sebagai salafi. Orang yang sama ini juga berbicara tentang QSS (Qur’an Sunnah Society), organisasi salafi pertama…organisasi salafi satu-satunya dan pertama di Amerika Utara… orang-orang ini berkata kepada syaikh Rabi’ bahwa QSS adalah sururi dan dijalankan oleh sururiyun, saya katakan : QSS adalah organisasi salafi bahkan sebelum orang ini menjadi muslim… yang mereka perlukan adalah menunggu dan Allah Tabaroka wa Ta’ala akan menyingkap hakikat mereka… Allah akan membongkar hakikat mereka!!!

Saya contohkan satu orang lagi dari Indonesia, namanya Ja’far Umar Tholib, yang mana dia adalah salah satu pimpinan (panglima) laskar di sana, yang menurut klaimnya, ia akan melakukan jihad atau apapun namanya… dia mampu menipu, berbohong atau melakukan apapun untuk mendapatkan rekomendasi dari syaikh Rabi’ dan syaikh Muqbil, semoga Allah menjaga mereka dan memelihara mereka dari kejahatan orang seperti (Ja’far) ini!!!

Kami pergi mengunjungi Indonesia dan yang kami kunjungi di sana adalah salafiyin (Ma’had Ali Al-Irsyad Surabaya, pent). Orang ini (Ja’far) menolak dan mengatakan bahwa kami pergi mengunjungi sururiyin. Namun Allah Tabaroka wa Ta’ala menyingkap kedoknya sebagai seorang takfiri, sebagaimana seorang yang mengkafirkan seorang muslim lainnya!!! dan hal ini terjadi di salah satu pulau di Indonesia, salah satu dari pengikutnya jatuh kepada perbuatan zina, dan dia (Ja’far) pun merajamnya… dia menerapkan hudud atasnya dan merajamnya!!!

Demi Allah!!! Apakah ada seorang saja dari para ulama yang memperbolehkan seorang muslim yang tinggal di negeri kaum muslimin melakukan hal ini sendiri dan menerapkan hudud?!! Adakah diantara kalian yang mengetahui bahwa ada kaset atau ceramah ulama yang memperbolehkan hal ini?!! Mereka merajam orang ini dan akhirnya pemerintah menangkapnya…

Berhati-hatilah kalian dari karakter orang-orang yang seperti ini… karena mereka berada di antara kita. Mereka berusaha untuk menciptakan penyimpangan, mereka berupaya untuk memutuskan hati dan menciptakan kebencian diantara para penuntut ilmu dan kaum muslimin lainnya yang berada di atas manhaj salaf.

Inilah yang Allah sebutkan sebagai syaithan, dimana syaithan menyerah agar supaya dirinya disembah di jazirah Arab, namun (tatkala melihat dirinya tak mampu) maka syaithan berupaya membuat kebingungan, kehancuran dan masalah diantara kalian!!! Inilah yang mereka kehendaki.

Subhanakallahumma wabihamdika, asyhadu an Laa ilaaha illa Anta wa astaghfiruka wa aatubu ilaik.

Translator : Abu Hudzaifah
Sumber : Http://www.freewebs.com/manhajassalafee/Shaykh%20Saleem%
20Speaks%20on%20the%20Contemporary%20Affairs.doc

[Transkrip Rekaman Terjemahan Ceramah Syaikh Salim bin Ied al-Hilaly hafizhahullahu seputar Da’wah Salafiyah dan Bahayanya Manhaj Haddadiyah http://www.geocities.com/abu_amman/Ceramah1.htm]

Sumber:www.almanhaj.or.id

diambil dari: http://abuzubair.wordpress.com/2007/12/13/dakwah-salafiyah-dan-bahayanya-manhaj-haddadiyah/

Friday, May 02, 2008

WHO ARE THE TERRORISTS?

This truth is not shown to the world.



































































a forwarded message from www.khairaummah.com

Kebijakan Pendidikan dan Kesehatan Perempuan Taliban

Kebenaran Yang Tak Terungkap


“Berdasarkan sebuah survey Komite Swedia untuk Afghanistan (SCA), 80% sekolah untuk anak perempuan yg berlokasi di pedesaan Afghanistan dan dikuasai Taliban tetap beroperasi. Pia Karlsson, penasehat pendidikan dari SCA, mengatakan 85% anak perempuan masih bersekolah. Di Propinsi Kunduz, yang dikuasai Taliban, 122 sekolah untuk anak perempuan beroperasi, dengan 390 guru wanita yang terdaftar!”

Taliban adalah target utama dalam serangan media Anti-Islam, agar publik membenci mereka.

Semua wanita (feminis barat) yang mengkritik burqa (cadar), diam saja ketika 2 juta rakyat afghan tewas karena bom Russia, mereka diam ketika 500.000 rakyat Afghan cacat karena ranjau, dan diam saja ketika ribuan perempuan diperkosa sebelum Taliban berkuasa

Jendral Hamid yang hidup beberapa tahun dibawah kekuasaan Taliban, berkata:

“Tidak ada kampanye yang ditujukan untuk memukuli wanita, dan tidak ada pelarangan pendidikan untuk wanita. Hanya pengetatan pendidikan bersama.”

Ada banyak kebohongan pada website-website “terhormat” tentang “penderitaan” wanita Afghan, dimana tidak ada tanggal, nama, tempat atau bentuk apapun yang bisa diverifikasi. Hamid gul berkata dia selalu melihat lebih banyak wanita di jalan-jalan dan pasar dari pada pria.
Wanita Afghan yang protes di barat berasal dari Faksi Khalq dan parcham yang Komunis. Mereka tidak mewakili sebagian besar masyarakat Afghan.

Taliban mengawasi ekstra ketat pada wanita-wanita komunis ini untuk memastikan mereka tidak menyebabkan perselisihan dan masalah. Wanita hanya harus menggunakan burqa dijalanan, sedang di rumah mereka bebas berpakaian yang meeka mau. Munur, seorang perawat berkata: wanita di Rumah Sakit jarang menggunakan burqa bahkan jilbab jika tidak ada pria disana.

Berdasarkan sebuah survey Komite Swedia untuk Afghanistan (SCA), 80% sekolah untuk anak perempuan yg berlokasi di pedesaan Afghanistan dan dikuasai Taliban tetap beroperasi. Pia Karlsson, penasehat pendidikan dari SCA, mengatakan 85% anak perempuan masih bersekolah. DI Propinsi Kunduz, yang dikuasai Taliban, 122 sekolah untuk anak perempuan beroperasi, dengan 390 guru wanita yang terdaftar!

Sebelum Taliban berkuasa, hanya ada 350 tempat tidur untuk wanita di Rumah Sakit di Kabul. Pada Agustus 2001, ada 950 tempat tidur untuk wanita di Rumah Sakit khusus wanita di Kabul. Beberapa Rumah Sakit khusus wanita adalah RS Rabia Balkhi, RS Malali, RS Khair Khana, RS Indira Ghandi, RS Atta Turk, Pusat Kesehatan Bulan Sabit Merah Kuwait dan Klinik Kesehatan Penyakit Menular! Ada juga 32 klinik Wanita dan Anak.

Sebagai tambahan, wanita menerima layanan di ICRC dan Sanday Gal Orthopaedic Centres. Pada semua rumah sakit dan klinik hanya dokter dan perawat wanita yang bekerja melayani kesehatan.

Tetapi the Sun, Daily Express, New York Times, dan semua wartawan tidak pernah melaporkan hal ini, begitu juga dengan BBC, CNN, Fox News, dll. Ini adalah bagian dari kampanye dusta agar masyarakat dunia menentang Taliban.

Mereka berkata bahwa wanita tidak dapat bekerja, wanita tidak boleh keluar rumah, bersekolah, atau bahkan ke Rumah Sakit, semua fakta-fakta ini membuktikan sebaliknya.

Terjemahan dari: WorldOfIslam Portal (http://news.worldofislam.info/index.php?page=Taliban/The%20Taliban%20Education%20and%20health%20policy%20toward%20girls)

Diambil dari postingan seorang ikhwan di Forum Arrahmah: http://www.arrahmah.com/forum/viewthread/451/